Wahana Untuk Menuju Indonesia Maju, Sejahtera, Adil, dan Makmur Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Tuesday, 28 June 2016

Ibadah Lahir dan Batin

Ponpes Salafiyah Nurul Anam
PENGAJIAN SORE - Sejumlah Santri Ponpes Salafiyah Nurul Anam, Kranji Kedungwuni mengikuti pengajian, Kamis sore (23/6).
VIO ALFA RIZQI
Kedungwuni  - Ibadah merupakan tindakan yang mencakup segala sesuatu yang diridhoi maupun dicintai oleh Allah. Berdasarkan Kitab Sullam Taufiq karya Sayyid Abdullah Ba'lawi, ada dua macam ibadah. Yakni Ibadah lahir dan ibadah batin.
Demikian diungkapkan Ust Haibani Ebidzar dalam suatu pengajian rutinan sore Bulan Ramadan, di Pondok Pesantren Salafiyah Nurul Anam, Kranji, Kedungwuni Timur.
Pria yang akrab disapa Haibani menjelaskan, ibadah lahir adalah jenis ibadah yang kasat oleh mata. Seperti sholat, puasa, haji, sedekah, dan lain sebagainya. Sedangkan ibadah batin adalah suatu jenis ibadah yang tidak bisa tampak oleh mata. Artinya tidak ada yang tahu kecuali diri kita sendiri dan Tuhan.
"Jadi ibadah itu ada ibadah lahir dan ibadah batin. Ibadah batin itu bisa dilihat atau dipandang oleh seseorang, kalau ibadah batin itu ibadah yang dilakukan oleh hati. Jadi orang lain tidak bisa menduga-duga atau menebak. Sebab itu letaknya dalam hati kita, "tutur Haibani.
Namun demikian, lanjutnya, kedua macam ibadah tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pasalnya dalam beribadah, terkandung unsur-unsur yang hak. Yakni niat, perbuatan (baik tindakan atau ucapan), dan keikhlasan. Ketiganya terkait erat dengan nilai atau sifat kemurnian terhadap suatu ibadah, yang dilakukan oleh makhluk Allah. Jadi bisa disimpulkan, kendati nilai peribadatan setiap makhluk hanya Allah semata yang tahu, namun ketiga hal diatas merupakan faktor yang dapat menentukan kemurnian ibadah. "Jadi tidak bisa seseorang hanya beribadah secara lahir saja, atau secara batin saja," imbuhnya.
Pada kesempatan tersebut, Haibani mengatakan, ibadah batin yang paling utama adalah tentang keimanan. Baik itu iman kepada Allah, maupun utusan-utusan. Orang beriman dan orang yang tidak beriman, katanya, tidak bisa dilihat oleh mata. Namun sikap keimanan seseorang dapat diwujudkan dengan berbagai macam perbuatan yang diridhoi maupun dicintai oleh Allah.
"Orang yang beriman dan orang yang tidak beriman, tidur bersama atau duduk bersama tidak terlihat. Keduanya ketika tidur ya mungkin saja terkadang nglindur, ngorok, atau ngiler. Yang membedakan apa? ketika mendengar Adzan Subuh biasanya yang beriman bangun untuk sholat, tapi yang tidak beriman melanjutkan tidurnya, "seloroh Ust Haibani. (ap3)
Penulis:  Vio Alfa Rizqi & Redaktur: Dalal Muslimin  

No comments:

Post a Comment