Warga sekitar tidak pernah melihat proses pembangunannya.

Masjid Tiban namanya. Bagi warga Kabupaten Malang, Jawa Timur, nama masjid yang satu ini pasti sudah tak asing lagi.
Berada di tengah permukiman warga, masjid megah berornamen Timur Tengah dengan warna dominan biru dan putih ini berlokasi di Jalan KH Wahid Hasyim Gang Anggur Nomor 10, RT 07/RW 06, Desa Sananrejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Sekitar 40 kilometer dari pusat Kota Malang.
Sebuah masjid megah saja tentunya bukanlah hal yang mengejutkan. Namun, berbeda dengan Masjid Tiban. Pembangunan masjid ini dipercaya warga sekitar dibantu oleh pasukan jin dan diselesaikan hanya dalam kurun waktu satu malam! Percaya?

Dilansir laman Merdeka, Masjid Tiban sejatinya adalah bagian dari Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri'asali Fadlaailir Rahmah yang didirikan oleh KH Ahmad Bahru Mafdlaudin Saleh Al Mahbub atau akrab disapa Romo Kiai Ahmad.
Munculnya anggapan bahwa masjid tersebut dibangun oleh pasukan jin adalah karena warga sekitar tidak pernah melihat proses pembangunannya. Tidak ada kendaraan berat atau truk-truk besar yang berseliweran membawa bahan bangunan. Sesuai dengan namanya, Masjid Tiban seakan tiba-tiba muncul.
Akses pondok pesantren yang harus melalui gang sempit pun membuat warga sekitar semakin bertanya-tanya bagaimana proses pembangunan masjid megah tersebut dilakukan.

Cerita dari mulut ke mulut semakin menguatkan kepercayaan bahwa masjid berlantai 10 itu dibangun oleh tentara jin.
Pengunjung pun berdatangan dari berbagai penjuru daerah, meyakini proses pembangunannya hanya dikerjakan dalam waktu satu malam. Mereka berduyun-duyun ingin melihat langsung bangunan tersebut.

Namun begitu, kabar burung tersebut dibantah oleh pengurus pondok pesantren. Bahkan, jika Anda mengunjungi masjid ini, di bagian depan tempat penerimaan tamu terdapat tulisan besar berbunyi, "Apabila ada orang yang mengatakan bahwa ini adalah pondok tiban (pondok muncul dengan sendirinya), dibangun oleh Jin dsb, itu tidak benar. Karena bangunan ini adalah Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah yang murni dibangun oleh para santri dan jamaah."
Ya, begitulah kebenarannya. Menurut keterangan H Mustafa selaku salah satu pengurus pondok, kompleks pondok pesantren beserta masjid megah tersebut dibangun secara tertutup oleh para santri dan relawan. Ada lebih dari 300 santri yang terlibat. Proses pambangunannya sendiri sudah berlangsung sejak 1978 secara bertahap.
Hebatnya lagi, dalam hal pembangunan, pengurus pondok berkomitmen untuk tidak meminta sumbangan baik dengan cara meminta-minta ataupun mengajukan proposal pada pihak-pihak terkait.
Dana didapat dari sumbangan santri, kerabat pengurus dan pemilik pondok, serta orang-orang yang mendengar proses pembangunan dari mulut ke mulut.
"Karena untuk kemaslahatan kami tidak pernah menghitung berapa biaya yang sudah dikeluarkan. Mungkin sudah puluhan atau ratusan miliar rupiah enggak tahu. Kita juga masih terus membangun," kata H Mustafa.
Selain itu, ungkap H Mustofa, proses pembangunan dilakukan berdasarkan petunjuk yang diterima melalui shalat istikhoroh Romo Kiai Ahmad. "Dasarnya istikhoroh. Ini dibangun di sana, langsung sesuai ukurannya. Kalau kebesaran sedikit saja pasti disuruh bongkar," ujarnya.
Sementara itu, Rudy, salah satu santri asal Sidoarjo menegaskan, "Jinnya (yang membangun masjid) ya kita-kita ini. Semua ikhlas membantu dengan tenaga, kalau ada rezeki bisa juga dengan uang." (poy)
No comments:
Post a Comment